• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

SEJARAH GERAKAN MAHASISWA

SEJARAH GERAKAN MAHASISWA

1. 1908
Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki struktur pengorganisasisan modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga STOVIA, wadah ini merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektualitas terlepas dcari primordialisme Jawa yang ditampilkannya.
Pada kongres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908 menetapkan tujuan perkumpulan : kemajuan yang selaras buat negeri dan bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.
Dalam 5 tahun permulaan BU sebagai perkumpulan, tempat keinginan-keinginan bergerak maju dapat  di keluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa dinyatakan, mempunyai kedudukan monopoli oleh karena itu BU maju pesat, tercatar akhir tahy 1909 telah mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000 anggota.
Disamping itu, para mahasiswa indonesia yang sedang belajar di Belanda, salah satunya Muhammad Hatta yang saat itu sedang belajar di Nederland Handelshogeschool di Rotterdam mendirikan  Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuasikan dengan perkembangan dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru menjadi perhimpunan Indonesia, tahun 1925.
Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain, seperti : Indische Partij yang melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia, Serekat Islam, dan Muhammadiyah yang beraliran nasionalis demokratis dengan dasar agama, Indische Sociaal Democratische Vereeninging (ISDV) yang berhaluan Marxisme, menambahkan haluan dan cita-cita terutama ke arah politik. Hal ini disatu sisi membantu perjuangan rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain sangat melemahkan BU karena banyak orang kemudian memandang BU terlalu lembek oleh karena hanya menuju “kemajuan yang selaras” dan teralu sempit keanggotaannya (hanya untuk daerah yang berkebudayaan Jawa) meninggalkan BU. Oleh Karena cita-cita dan pemandangan umum berubah ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa terjun ke lapangan politik.
Kehadiran Boedi Oetomo, Indische Vereeninging, dll pada masa itu merupakan suatu episode sejarah yang menandau munculnya sebuah angkatan pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia  : generasi 1908, dengan misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan melalui penerangan-penerangan pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan kolonialisme.
2.      1928
Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam Indonesische Vereeniinging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan indonesia, dan melihat situasi politik yang di hadapi, mereka membentuk kelompok yang berstudi yang dikenal amat berpengaruh, karena keaktifannya dalam diskursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok Study Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo. Kedua, Kelompok Study Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925.
Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung, menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat kebangsaan tahun 1926, Kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi wadah mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa islam pada tahun 1990-an.
Dari kebanagkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia yang memunculkan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta paa 26-28 Oktober 1928, dimotori oleh PPPL.
3.      1945
Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan nasional yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi Liberal , muncul kebutuhan baru untuk menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai Bangsa Inonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).
Secara umum konsisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingan dengan kolonial Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan yang berbau politik, dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat dan dipenjarakan.
Praktis, akibat kondisi yang vacum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan akhirnya memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan berdiskusi, bersama para pemuda lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah, berbepar besar dalam melahirkan sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi 1945, yang menentukan kehidupan bangsa.
Salah satu peran angkatan muda 1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok bawah tanah yang antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya memproklamasikan kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan peristiwa Rengasdengklok.
4.      1966
Sejak kemerdekaan, muncul kebutuhan akan aliansi antara kelompok-kelompok mahasiswa, diantaranya Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), yang dibentuk melalui Kongres Mahasiswa yang pertama di Malang tahun 1947.
Selanjutnya, dalam masa Demokrasi Liberal (1950-1959), seiring dengan penerapan sistem kepartaian yang majemuk saat itu, organisasi mahasiswa ekstra kampus kebanyakan merupakan organisasi di bawah partai-partai politik. Misalnya, PMKRI Perhimpunan Mahasiswa Katholik Republik Indonesia dengan Partai Katholik, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dekat dengan PNI, Concentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) dekat dengan PKI, Gerakan Mahasiswa Sosialis Indonesia (Gemsos) dengan PSI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berfaliasi dengan Partai NU, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan Masyumi, dan lain-lain.
Diantara organisasi mahasiswa paa masa itu, CGMI lebih menonjol setelah PKI tampil sebagai salah satu partai kuat hasil Pemilu 1955. CGMI secara berani menjalankan politik konfrontasi dengan organsisasi mahasiswa lainnya, bahkan lebih jauh berusaha mempengaruhi PPMI, kenyataan ini menyebabkan perseteruan sengit antara CGMI dengan HMI dan, terutama dipicu karena banyaknya jabatan kepengurusan dalam PPMI yang direbut dan diduduki oleh CGMI dan juga GMNI khususnya setelah Kongres V tahun 1961.
Mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tanggal 25 Oktotber 1966 yang merupakan hasil kesepakatan sejumlah organisasi yang berhasil dipertemukan oleh Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) Mayjen dr. Syarief Thayeb, yakni PMKRI, HMI, PMII, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Sekretariat Bersama Organisasi-organisasi Lokal (SOMAL), Mahasiswa Pancasila (Mapancas), dan Ikatan Pers Mahasiswa (IPMI). Tujuan pendiriannya, terutama agar para aktivis mahasiswa dalam melancarkan perlawanan terhadap PKI menjai labih terkoordinasi dan memiliki kepemimpinan.
Munculnya KAMI diikuti berbagai aksi lainnya, seperti Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI, Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI), dan lain-lain.
Pada tahun 1965 dan 1966, pemuda dan mahasiswa Indonesia banyak terlibat dalam perjuangan yang ikut mendirikan Orde Baru. Gerakan ini dikenal dengan istilah Angkatan 66, yang menjadi awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, sementara sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Tokoh-tokoh mahasiswa saat itu adalah mereka yang kemudian beraa pada lingkar kekuasaan Orde Baru, diantaranya Cosmas Batubara (Eks Ketua Tanjung dari HMI dll. Angkatan 66 mengangkat isu Komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang Komunis yang ditukangi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia). Setela Orde Lama  berakhir, aktivis Angkatan 66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyak yang duduk di kursi DPR/MPR serta diangkat dalam kabinet pemerintahan Orde Baru. Di masa ini ada salah satu tokoh yang sangat idealis, yang sampai sekarang menjadi panutan bagi mahasiswa-mahasiswa yang idealis setelah masanya, dia adalah seorang aktivis yang tidak peduli mau dimusuhi atau didekati yang penting pandangan idealisnya tercurahkan untuk bangsa ini, dia adalah soe hok gie

5.      1974
Realitas berbeda yang dihadapi antara gerakan mahasiswa 1966 dan 1974, adalah bahwa jika generasi 1966 memiliki hubungan yang erat dengan kekuatan militer, untuk generasi 1974 yang dialami adalah konfrontasi dengan militer.
Sebelum gerakan mahasiswa 1974 meledak, bahkan sebelum menginjak awal 1970-an, sebenarnya para mahasiswa telah melancarkan berbagai kritik dan koreksi terhadap praktek kekuasaan rezim Orde Baru, seperti :
·         Golput yang menentang pelaksaan pemilu pertama di masa Orde Baru pada 1972 karena Golkan dinilai curang.
·         Gerakan menentang pembangunan Taman Mini Indonesia Indah pada 1972 yang menggusur banyak rakyat kecil yang tinggal di lokasi tersebut.
Diawali dengan reaksi terhadap kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), aksi protes lainnya yang paling mengemuka disuarakan mahasiswa adalah tuntutan pemberantasan korupsi. Lahirlah, selanjutnya apa yang disebut gerakan “Mahasiswa Menggugat” yang dimotori Arif Budiman yang program utamanya adalah aksi pengecaman terhadap kenaikan BBM, dan Korupsi.
Menyusul aksi-aksi lain dalam skala yang lebih luas, pada 1970 pemuda dan mahasiswa kemudia mengambil inisiatif dengan membentuk Komite Anti Korupsi (KAK) yang diketuai oleh Wilopo. Terbentuknya KAK ini dapat dilihat merupakan reaksi kekecewaan mahasiswa terhadap tim-tim khususnya yang disponsori pemerintah, mulai dari Tim Pemberantasan Korupsi (TPK), Task Force UI sampai Komisi Empat.
Berbagai borok pembangunan dan demoralisasi perilaku kekuasaan rezim Orde Baru terus mencuat. Menjelang Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru telah melakukan berbagai cara dalam bentuk rekayasa politik, untuk mempertahankan dan memapankan status quo dengan mengkooptasi kekuatan-kekuatan politik masyarakat antara lain melalui bentuk perundang-undangan. Misalnya, melalui undan-undan yang mengatur tentang pemilu, partai politik, dan MPR/DPR/DPRD.
Muncul berbagai pernyataan sikap ketidakpercayaan  darikalangan masyarakat maupun mahasiswa terhadap sembilan partai politik dan Golongan Karya sebagai pembawa aspirasi rakyat. Sebagai bentuk protes aibat kekecewaan, mereka mendorong munculnya Deklarasi Golongan Putih (GOLPUT) pada tanggal 28 Mei 1971 yang dimotori langsung oleh Arif Budiman, Adnan Buyeng Nasution, Asmara Nababan.
Dalam tahun 1972, mahasiswa juga telah melancarkan berbagai protes terhadap pemborosan anggaran negara yang digunakan untuk proyek-proyek eksklusif yang dinilai tidak mendesak dalam pembangunan, misalnya terhadap proyek pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di saat Indonesia haus akan bantuan luar negeri.
Protas terus berlanjut. Tahun 1972, dengan isu harga beras naik, berikutnya tahun 1973 selalu diwarnai dengan isu korupsi sampai dengan meletusnya demonstrasi memprotes PM Jepang Kakuei Tanaka yang datang ke Indonesia dan peristiwa Materi pada 15 Januari 1974. Gerakan mahasiswa di Jakarta meneriakan isu “ganyang korupsi” sebagai salah satu tuntunan “Tritura Baru” disamping dua tuntutan lainnya Bubarkan Asisten Pribedi dan Turunkan Harga, sebuah versi terakhir Tritura yang muncul setelah versi Koran Mahasiswa Indonesia di Bandung sebelumnya. Gerakan ini berbuntut dihapuskannya jabatan Asisten Pribadi Presiden.
6.      1978
Setelah peristiwa Malari, hingga tahun 1975 dan 1976, berita tentang aksi protes mahasiswa nyaris sepi. Mahasiswa disibukkan dengan berbagai kegiatan kampus disamping kuliah sebagai kegiatan rutin, dihiasi dengan aktivitas kerja sosial, Kuliah Kerja Nyata (KKN), Dies Natalis, acara penerimaan mahasiswa baru, dan wisuda sarjana. Meskipun disana-sini aksi protes kecil tetap ada.
Menjelang dan terutama saat-saat antara sebelum dan setelah pemilu 1977, barulah muncul kembali pergolakan mahasiswa yang berskala masif. Berbagai masalah penyimpangan politik diangkat sebagai isu, misalnya soal pemilu mulai dari pelaksanaan kampanye, sampai penusukan tanda gambar, pola rekruitmen anggota legislatif, pemilihan gubernur dan bupati di daerah-daerah, strategi dan hakekat pembangunan , sampai dengan tema-tema kecil lainnna yang bersifat lokal. Gerakan ini juga mengkritik strategi pembangunan dan kepemimpinan nasional.
Awalnya, pemerintahan berusaha untuk melakukan pendekatan terhadap mahasiswa, maka pada tanggal 24 Juli 1977 dibentuklah Tim Dialoh Pemerintahan yang akan berkampanye di berbagai perguruan tinggi. Namun demikian, upaya tim ini ditolak oleh mahasiswa. Pada periode ini terjadinya pendudukan militer atas kampus-kampus karena mahasiswa dianggap telah melakukan pembangkangan politik, penyebab lain adalah karena gerakan mahasiswa 1978 lebih banyak berkonsentrasi dalam melakukan aksi di wilayah kampus. Karena gerakan mahasiswa tidak terpancing keluar kampus untuk menghindari peristiwa tahun 1974, maka akhirnya mereka diserbu militer dengan cara yang brutal. Hal ini kemudian diikuti oleh dihapuskannya Dewan Mahasiswa dan diterapkannya kebijakan NKK/BKK di seluruh Indonesia.
Soeharto terpilih untuk ketiga kalinya dan tuntutan mahsiswa pun tidak membuahkan hasil. Meski demikian perjuanga gerakan mahasiswa 1978 telah meletakkan sebuah dasar sejarah, yakni tumbuhnya keberanian mahasiswa untuk menyatakan sikap terbuka untuk menggugat bahkan menolak kepemimpinan nasional.
Era NKK/BKK
Setelah gerakan mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan mahasiswa selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintahan secara paksa.
Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat setelah Dooed Yusuf dilantik tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Menyusul pemberlakuan konsep NKK, pemerintah dalam hal ini Pangkopkamtib Soedomo melakukan pembekuan atas lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah membentuk struktu keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Kebijakan BKK itu secara imlisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat fakultas (Senat Mahasiswa Fkultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa, yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan pengembangan lembaga kemahasiswaan.
Dengan konsep NKK/BKK ini, maka peranan yang imainkan organisasi intra dan ekstra kampus dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi lumpuh. Ditambah dengan munculnya UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatn maka politik praktis semakin tidak diminati oleh mahasiswa, karena sebagian Ormas bahkan menjadi alat pemerintah atau golongan politik tertentu. Kondisi ini menimbulkan generasi kampus yang apatis, sementara posisi rezim semakin kuat.
Sebagai alternatif terhadap suasana birokratis dan apolitis intra kampus, di awal-awal tahun 80-an muncul kelompok-kelompok studi yang dianggap mungkin tidak tersentuh kekuasaan refresif penguasa. Dalam perkembangannya eksistensi kelompok ini mulai digeser oleh kehadiran wadah-wadah Lembaga Swadaya (LSM) yang tumbuh subur pula sebagai alternatif gerakan mahasiswa. Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung, mereka juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dan pers mahasiswa.
Beberapa kasus lokal yang disuarakan LSM dan komite aksi mahasiswa antara lain: kasus tanah waduk Keduk Ombo, Kacapiring, korupsi di Bapindo, penghapusan perjudian melalui Porkas/TSSB/SDSB.
7.      1990
Memasuki awal tahun 1990-an, di bawah Mendikbud Fuad Hasan kebijakan NKK/BKK dicabut dan sebgai gantinya keluar Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan (PUOK). Melalui PUOK ini ditetapkan bahwa organisasi kemahasiswaan intra kampus yang diakui adalah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), yang didalamnya terdiri dari Senat Mahasiswa Fakultas (SMF) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Dikalangan mahasiswa secara kelembagaan dan personal terjadi pro, kontra, menanggapi SK tersebut. Oleh mereka yang menerima, diakui konsep ini memiliki sejumlah kelemahan namun dipercaya dapat menjadi basis konsolidasi kekuatan gerakan mahasiswa. Argumen mahasiswa yang menolak mengatakan, bahwa konsep SMPT tidak lain hanya semacam hiden agenda untuk menarik mahasiswa ke kampus dan memotong kemungkinan aliansi mahasiswa dengan kekuatan di luar kampus.
Lihat Lagi

Share:

PMII

A.    Makna Filosofis PMII
Dari namanya PMII disusun dari empat kata yaitu “Pergerakan”, “Mahasiswa”, “Islam”, dan “Indonesia”.
Makna “Pergerakan” yang dikandung dalam PMII adalah dinamika dari hamba (makhluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan kontribusi positif pada alam sekitarnya.“Pergerakan” dalam hubungannya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada di dalam kualitas kekhalifahannya.
Pengertian “Mahasiswa” adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri.Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dinamis, insan sosial, dan insan mandiri.Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan, intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
“Islam” yang terkandung dalam PMII adalah Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/paradigma ahlussunah wal jama’ah yaitu konsep pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional antara iman, islam, dan ikhsan yang di dalam pola pikir, pola sikap, dan pola perilakunya tercermin sikap-sikap selektif, akomodatif, dan integratif. Islam terbuka, progresif, dan transformatif demikian platform PMII, yaitu Islam yang terbuka, menerima dan menghargai segala bentuk perbedaan.Keberbedaan adalah sebuah rahmat, karena dengan perbedaan itulah kita dapat saling berdialog antara satu dengan yang lainnya demi mewujudkan tatanan yang demokratis dan beradab.
              Sedangkan pengertian “Indonesia” adalah masyarakat bangsa dan negara indonesia yang mempunyai falsafah dan idiologi bangsa ( Pancasila ) dan UUD 1945 dengan landasan kesatuan dan keutuhan bangsa dan negara Indonesia yang terbentang dari pulau Sabang sampai Merauke, serta diikat dengan kesadaran wawasan nusantara.
123
PMII
B.     Arti Lambang PMII
Lambang PMII diciptakan oleh H.M. Said Budairi.Lazimnya lambang, lambang PMII memiliki arti yang terkandung di setiap goresannya.Arti dari lambang PMII bisa dijabarkan dari segi bentuknya (form) maupun dari warnanya.
Dari Bentuk :
1. Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa Islam terhadap berbagai tantangan dan pengaruh luar
2. Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita- cita yang selalu memancar
3. Lima bintang sebelah atas menggambarkan Rasulullah dengan empat Sahabat terkemuka (Khulafau al Rasyidien : Ali Bin Abi Thalib, Umar Bin Khatab, Utsman Bin Affan , dan Abu Bakar)
4. Empat bintang sebelah bawah menggambarkan empat mazhab yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah
Abu Hanifah (Imam Hanafi)
Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi (bahasa Arab: النعمان بن ثابت), lebih dikenal dengan nama Abū Ḥanīfah, (bahasa Arab: بو حنيفة) (lahir di Kufah, Irak pada 80 H / 699 M — meninggal di Baghdad, Irak, 148 H / 767 M) merupakan pendiri dari Madzhab Hanafi.
Abu Hanifah juga merupakan seorang Tabi’in, generasi setelah Sahabat nabi, karena dia pernah bertemu dengan salah seorang sahabat bernama Anas bin Malik, dan meriwayatkan hadis darinya serta sahabat lainnya.
Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (taharah), salat dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi’i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya.
Imam Malik
Malik ibn Anas bin Malik bin ‘Amr al-Asbahi atau Malik bin Anas (lengkapnya: Malik bin Anas bin Malik bin `Amr, al-Imam, Abu `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani), (Bahasa Arab: مالك بن أنس), lahir di (Madinah pada tahun 714 (93 H), dan meninggal pada tahun 800 (179 H)). Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadits, serta pendiri Mazhab Maliki.
Imam Syafi’i
Abu ʿAbdullāh Muhammad bin Idris al-Shafiʿi atau Muhammad bin Idris asy-Syafi`i (bahasa Arab: محمد بن إدريس الشافعي) yang akrab dipanggil Imam Syafi’i (Gaza, Palestina, 150 H / 767 – Fusthat, Mesir 204H / 819M) adalah seorang mufti besar Sunni Islam dan juga pendiri mazhab Syafi’i. Imam Syafi’i juga tergolong kerabat dari Rasulullah, ia termasuk dalam Bani Muththalib, yaitu keturunan dari al-Muththalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek Muhammad.
Imam Hambali
Padahal berbagai literatur yang ada menyebut bahwa guru Imam Syafi’i yang lahir tahun 150 H adalah Imam Malik (lahir tahun 93 H).Sementara Imam Hambali yang lahir tahun 164 H (14 tahun lebih muda dari Imam Syafi’i) adalah murid dari Imam Syafi’i.
Hubungan Guru dengan Murid tak akan pernah berubah meski seorang guru bertanya beberapa hal kepada muridnya. Aneh kan jika Imam Hambali berkata: “Imam Syafi’i itu dulu Guruku. Namun setelah aku lebih pintar, sekarang Imam Syafi’i jadi muridku” Insya Allah tidak begitu.
Meski Imam Hambali adalah seorang Imam yang cerdas, namun pernyataan bahwa murid Imam Hambali adalah Imam Syafi’i menunjukkan adanya perubahan seenaknya oleh kaum Salafi Wahabi dalam rangka memuja Imam Hambali yang mereka jadi panutan secara berlebihan/ghulluw.
5. Sembilan bintang sebagai jumlah bintang dalam lambang dapat diartikan ganda yakni :
• Rasulullah dan empat orang sahabatnya serta empat orang Imam mazhab itu laksana bintang yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan penerang umat manusia.
• Sembilan orang pemuka penyebar agama Islam di Indonesia yang disebut WALISONGO yang terdiri dari :.
1). Sunan gresik (Maulanan Malik Ibrahim. inilah wali pertama datang ke jawa pda abad ke 13 dan menyiarkan islam di sekitar gresik, dimakamkan di gresik, jawa timur.
2). Sunan ampel (raden rahmat) menyiarkan islam di ampel surabaya., jawa timur. Beliau merupakan perancang masjid di demak.
3). Sunan derajad (syarifudin) anak dari sunan ampel. Menyiarkan agama di sekitar surabaya. Seorang suna yg sangat berjiwa sosial.
4). Sunan bonang (makdum ibrahim). Anak dri sunan ampel. Menyiarkan islam di tuban,lasem,dan rembang.
5). Sunan kalijaga (raden mas said/jaka said). Murid sunan bonang menyiarkan islam di jawa tengah.
6. Sunan giri (raden paku) menyiarkan islam di luar jawa. Yaitu madura ,bawean,nusa tenggara,maluku.
7. Sunan kudus (jafar sodiq) menyiarkan islam di kudus,jawa tengah.
8. Sunan muri (raden umar said) menyiarkan islam di lereng gunung muria, jawa tengah
9. Sunan gunung jati (syarif hidayatullah) menyiarkan islam di banten sunda kelapa,dan cirebon. Seorang pemimpin yg berjiwa besar.
Dari Warna :
1. Biru Tua, sebagaimana warna lukisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga pergerakan. Biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan Wawasan Nusantara.
2. Biru muda, sebagaimana warna dasar perisai sebelah bawah, berarti ketinggian ilmu pengertahuan, budi pekerti dan taqwa.
3. Kuning Keemasan, sebagaimana warna dasar perisai- perisai sebelah bawah, berarti identitas kemahasiswaan yang menjadi sifat dasar pergerakan lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan.
C.     Visi dan Misi Serta Tujuan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
Visi dasar PMII :
Dikembangkan dari dua landasan utama, yakni visi ke-Islaman dan visi kebangsaan.Visi ke-Islaman yang dibangun PMII adalah visi ke-Islaman yang inklusif, toleran dan moderat.Sedangkan visi kebangsaan PMII mengidealkan satu kehidupan kebangsaan yang demokratis, toleran, dan dibangun di atas semangat bersama untuk mewujudkan keadilan bagi segenap elemen warga-bangsa tanpa terkecuali.
Misi dasar PMII :
Merupakan manifestasi dari komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, dan sebagai perwujudan kesadaran beragama, berbangsa, dan bernegara. Dengan kesadaran ini, PMII sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertanggung jawab mengemban komitmen ke-Islaman dan ke-Indonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual maupun material dalam segala bentuk
Tujuan PMII
Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT,berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
D.    Struktur KelembagaanPMII
Sebagai salah satu cabang dari PMII, PMII Cabang Kota Semarang tidak dapatmelepaskan diri secara penuh dari peraturan-peraturan dasar yang telah ditetapkan.Iaberkewajiban menjalankan AD/ART, keputusan kongres, serta peraturan organisasi. Termasuk peraturan eksistensi cabang yang mensyaratkan paling tidak memiliki dua komisariat.
PMII cabang Kota Semarang dalam struktur organisasi berada di bawah PB (PengurusBesar) PMII dan PKC (Pengurus Koordinator Cabang PMII Jawa Tengah, serta membawahi beberapa komisariat dan rayon, sampai pada pertengahan tahun 2012, PMII cabang Kota Semarang memiliki beberapa komisariat dan rayon yang tersebar di delapan kampus yaitu IAIN Walisongo (Komisariat Walisongo), Universitas Sultan Agung (komisariat Sultan Agung),
Universitas Wahid Hasyim (komisariat Wahid Hasyim), IKIP PGRI (komisariat PGRI), Universitas Diponegoro (Komisariat Diponegoro), Universitas Negeri Semarang (Komisariat AlGhozali), Politeknik Semarang (Komisariat Galang Sewu), Universitas 17 Agustus (Komisariat Untag).
Masing-masing komisariat dan rayon tersebut secara kelembagaan berada di bawahcabang.Namun pada fungsinya, cabang tidak secara penuh mengintervensi komisariat atau rayon, tetapi lebih sekedar sebagai fasilitator dan mediator Rayon atau Komisariat.Sedangkan dalam struktur kelembagaan PMII Cabang Kota Semarang selalu mengalami perubahan pada saat konferensi cabang.Hal ini didasari atas kebutuhan hasil pembacaan internal dan eksternal yang komprehensif. Dan dari sisi aturan legal organisasi, hal ini tidak menjadi masalah karena berkaitan dengan pengembangan organisasi baik lokal maupun regional
sepanjang tidak menyalahi AD/ART. Alasan perubahan ini juga didasarkan pada efektifitas serta akomodatif.
Biarpun demikian tidak semua mengalami perubahan. Paling tidak ada beberapa hal yangkonsisten dalam struktur kelembagaan, yaitu Ketua Umum, Sekretaris, Bendahara, serta beberapa bidang garapan yang meliputi bidang pendidikan dan pengaderan (Departemen Pendidikan dan 43 Pengaderan), bidang kajian, bidang penerbitan, bidang sosial politik (Departemen Sosial dan Politik), bidang pemberdayaan dan advokasi perempuan (Lembaga Pengembangan Studi dan Advokasi Perempuan/ LPSAP), serta advokasi masyarakat (Lembaga Advokasi Masyarakat/ LAMAS).
Beberapa bidang yang dianggap khusus diposisikan istimewa di lembaga semi-otonom cabang.Lembaga ini diberi kebebasan mengelola program dan pengembangan lembaga tetapi tetap berada di bawah struktur serta koordinasi cabang. Lembaga-lembaga tersebut antara lainLembaga Pengembangan Studi dan Advokasi Perempuan (LPSAP) –lembaga ini merupakan wadah pengganti KOPRI– serta Lembaga Advokasi Masyarakat (LAMAS).
Dari beberapa bidang garapan PMII tersebut, masing-masing mempunyai tugas dan kewenangan sendiri.
a. Bidang pendidikan dan pengkaderan masuk dalam Departemen Pendidikan dan Pengkaderan. 
Departemen ini bertugas untuk merumuskan konsep pendidikan dan pengaderan di tingkat cabang, komisariat dan rayon serta melaksanakan pelatihan dalam rangka mempersiapkan proses pengkaderan.
b. Bidang sosial politik masuk dalam Departemen Sosial dan Politik (Depsospol).
Departemen ini bertugas melakukan pembahasan secara mendalam terhadap isu-isu social politik, serta mengambil kebijakan taktis strategis berkaitan dengan bidang sosial politik.
c. Bidang kajian dan penerbitan ini tidak selalu berada dalam satu departemen. Namun fungsi dan tugasnya tidak jauh berbeda jika dipisah atau dijadikan satu.Bidang kajian bertugas melaksanakan program yang berkaitan dengan kajian dan pemberdayaan kader dalam bidang intelektual.Sedangkan penerbitan berkaitan dengan program yang berkaitan dengan penerbitan.
d. Bidang advokasi dan pemberdayaan perempuan diamanatkan ke Lembaga Pengembangan Studi dan Advokasi Perempuan (LPSAP). Bidang ini menggarap program yang berkaitan dengan pengembangan studi dan advokasi khususnya dalam koridor perempuan sebagai obyek kajian, serta menjalin kerja sama dengan pihak/organisasi yang konsen terhadap isu-isu keperempuanan.
e. Bidang advokasi masyarakat berada di bawah tanggungjawab Lembaga Advokasi Masyarakat (LAMAS). Lembaga ini bertugas untuk melaksanakan program berupakontribusi baik pemikiran, moral maupun advokasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan keadvokasian, khususnya terhadap kaum-kaum tertindas.Walaupun dalam berbagai bidang tersebut mempunyai tugas yang berbeda-beda, tetapi dalam realitasnya tetap berada dalam satu fungsi yakni memfasilitasi dan melakukan pengkaderan baik di tingkat cabang, komisariat dan rayon.Serta secara umum mengambil kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan dan eksistensi organisasi di tingkat Kabupaten/ Kota.44
Bahkan untuk menampung keinginan kader dan anggota, lembaga-lembaga seperti
lembaga seni budaya cabang pernah muncul dengan programnya untuk mengembangkan kesenian dan kebudayaan yang berbasis kerakyatan. Hasilnya, kerjasama dengan anak-anak jalanan (non formal) melahirkan kelompok musik Trotoary Semarang.Walaupun pada tahun berikutnya lembaga ini tidak lagi muncul, bahkan trotoary sendiri bubar. Namun kedekatan dengan anak-anak jalanan dan kaum miskin kota tetap terjaga, bahkan beberapa kader PMII tetap
membaur dalam komunitas mereka. Pengambilan kebijakan dengan memunculkan sebuah lembaga semi-otonom ataupun justru membubarkannya diambil di konferensi cabang (Konfercab) yang merupakan keputusan tertinggi di wilayah cabang. Refleksi serta berbagai pembacaan baik internal –yang menyangkut
efektifitas kerja departemen tersebut– maupun eksternal –yang merupakan hasil pembacaan situasi eksternal dan kebutuhan kader– seringkali menjadi pertimbangan sendiri untuk mengambil keputusan tersebut.
Biarpun keputusan dalam Konfercab merupakan keputusan tertinggi namun refleksi serta agenda-agenda pembahasan dalam konferensi cabang tersebut didahului oleh penggodokan materi Konfercab oleh tim SC (Steering Committee). Beberapa hal yang biasanya menjadi bagian pembahasan adalah menyangkut Garis-garis Besar Haluan Kerja (GBHK), Garis-garis BesarHaluan Organisasi (GBHO) serta pokok-pokok pikiran dan rekomendasi, yang pembahasannya
dibagi dalam komisi-komisi. Serta ditambah dengan materi-materi lain yang berkaitan dengan teknis jalannya Konfercab, mulai dari tata tertib konferensi sampai mekanisme pemilihan ketua cabang.
Keputusan dalam Konfercab tersebut hanya menyangkut persoalan-persoalan besar organisasi, sementara penjabaran kinerja serta langkah-langkah pengurus direncanakan dalam rapat kerja pengurus, yang didahului dengan pembekalan melalui pembacaan internal dan eksternal organisasi.Sementara beberapa keputusan dalam rapat kerja tidak sepenuhnya berjalan sebagaimana idealiatasnya seiring dengan tidak optimalnya kinerja beberapa pengurus.
Tidak optimalnya kinerja pengurus merupakan masalah klasik yang dihadapi organisasi kader semacam PMII, terlebih kader-kaderrnya masih menyandang status sebagai mahasiswa yang dituntut studinya. Belum masalah orientasi organisasi yang memang bukan merupakanorganisasi profit yang menjanjikan kesejahteraan bagi pengurus ataupun kadernya.
E.     Rekrutmen dan Keanggotaan PMII
Di struktur  organisasi PMII terdiri dariPengurus Besar (PB) berpusat di Ibu Kota, Pengurus Koordinator Cabang (PKC) berpusat di Provinsi. Pengurus Cabang (PC) berpusat di Kabupaten, Pengurus Komisariat (PK) berpusat di Kampus, Pengurus Rayon (PR) berpusat di Fakultas.Penerimaan menjadi anggota PMII dimulai dari tingkat rayon yang notabene merupakan struktur organisasi yang paling bawah dan bersentuhan langsung dengan kader. Rayon secara langsung bertanggungjawab terhadap rekrutmen massa serta pelaksanaan pengaderan awal PMII.
Secara normatif, dalam Anggaran Rumah Tangga PMII bab III bagian II pasal 4disebutkan bahwa penerimaan anggota didahului dengan mengajukan permintaan secara tertulis 45 atau mengisi formulir untuk menjadi calon anggota PMII kepada Pengurus Cabang. Dan telah sah menjadi anggota PMII setelah mengikuti Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA) dan mengucapkan baiat persetujuan dalam suatu upacara pelantikan yang diadakan oleh Pengurus
cabang.17Rekrutmen anggota PMII di beberapa perguruan tinggi diadakan setiap tahun dan ditangani oleh pengurus rayon atau komisariat. Di beberapa perguruan tinggi, MAPABA secaralangsung ditangani oleh rayon.Namun tak jarang pula secara kolektif dilakukan di komisariat.
Bahkan ada pula yang karena ketidakmampuannya, ditangani secara penuh oleh cabang.Di komisariat Walisongo, misalkan, MAPABA ditangani dan diselenggarakan secara langsung oleh rayon.Hal ini dikarenakan rekrutmen yang dilakukan di masing-masing rayon berhasil menjaring peserta minimal 50% dari mahasiswa yang diterima di fakultas masingmasing.
Bahkan saking banyaknya anggota yang hendak mendaftar, MAPABA seringkali
dilaksanakan dua kali dalam satu tahun.
Sementara di perguruan tinggi di luar IAIN, rekrutmen anggota tidak sebesar IAIN.Sehingga pelaksanaan MAPABA jarang dilakukan di tingkat rayon, namun secara kolektif dilakukan di tingkat komisariat atau gabungan rayon. Bahkan, karena sedikitnya peminat, ada yang “dititipkan” di MAPABA tempat lain. Sementara untuk memperlebar sayap organisasi di perguruan tinggi yang lain, jalur kultural dianggap efektif. Praktisnya dilakukan dengan dua cara, yakni membangun kontak person dengan mahasiswa di perguruan tinggi tersebut serta mengundang mereka dalam kegiatankegiatan PMII.
Hal ini dapat mengembangkan ghirah untuk membentuk komisariat baru.
Anggota yang telah resmi masuk ke PMII praktis terikat dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh PMII.Terlebih PMII sendiri merupakan organisasi ideologi yang memegang teguh prinsip-prinsip teologis dan ideologi yang menjadi pegangannya. Dan jika secara prinsipil anggota tersebut melanggar AD/ART serta ketentuan-ketentuan dalam PMII, maka dia dapat dipecat keanggotaannya
1.      .Pra-MAPABA
Disinilah awal mahasiswa baru dikenalkan dengan yang namanya PMII atau jika perlu malah calon mahasiswa baru bisa diperkenalkan terhadap PMII, tujuan dari pra MAPABA ini adalah bagaimana mahasiswa baru atau calon mahasiswa baru mengenal PMII sebagai oraganisasi ekstra kampus bervisi keislaman dan keindonesiaan, cara yang bisa dilakukan dalam proses ini yaitu dengan pendekatan personal terhadap mahasiswa baru atau calon mahasiswa baru tersebut, ada beberapa momentum yang dapat dimanfaatkan dalam proses pendekatan personal ini, salah satunya adalah ketika penyambutan mahasiswa baru ketika pertama kali masuk ke kampus UNEJ. Untuk calon mahasiswa baru sendiri bisa memanfaatkan ujian masuk perguruan tinggi dengan mengadakan program kerja seperti Try Out ke sekolah-sekolah. Disinilah proses pengenalan PMII lewat pendekatan personal dilakukan.
2.      MAPABA (kaderisasi formal)
Masa Penerimaan Anggota Baru ini merupakan pintu awal mahasiswa baru untuk menjadi anggota PMII dan menjadi ajang proses doktrinasi bahwa PMII merupakan satu-satunya organisasi ekstra kampus yang menjadi pilihan tepat dalam pengembangan character building mereka. Hal yang harus diperhatikan dalam proses ini adalah target bagaimana seluruh peserta yang berikrar menjadi anggota PMII benar-benar terdoktrin bahwasannya PMII adalah organisasi yang tepat.
3.      Pasca MAPABA (Kaderisasi informal dan non formal)
Follow up dari MAPABA ini benar-benar mampu tersistematis dengan baik, artinya disini pengurus rayon sebagai penanggung jawab formal terhadap kaderisasi mampu membuat schedulle kaderisasi dengan terlebih dahulu mengklasifikasikan karakter-karakter kader, mengklasifikasikan kader dalam formulasi kanalisasi kader dengan kerangka komunitas imajiner (pribadi berprinsip/kader basis, agamawan muda liberatif, intelektual organik, pekerja sosial transformatif, politisi ektra parlementer, profesional populis, pekerja budayawan transformatif) dan adanya Progress Report kader dalam proses berkiprah dan berorganisasi di PMII. Bentuk kegiatan yang bisa dilakukan bisa berupa aktivitas akademis (tentir sebelum ujian, bank soal, pengadaan buku-buku akademis dan sebagainya), aktivitas sosial (bakti sosial, problem solving terhadap lingkungan sekitar dsb), aktivitas keagamaan (yasin-tahlil, sholat berjamaah, pengajian, dsb), aktivitas pengembangan kader (diskusi formal dan informal, pelatihan, kajian-kajian dsb), aktivitas organisatoris (kepanitiaan, distribusi intra kampus, pengurus rayon). Yang patut ditekankan dalam hal ini adalah tidak memaksakan kepada anggota akan hal yang tidak disukainya tetapi lebih menekankan kepada kebutuhan anggota akan kemampuannya.
4.      PKD
Merupakan kelanjutan dari MAPABA dimana lebih ditekankan pada penanaman nilai-nilai dan penguatan akar militansi anggota, lulusan dari PKD ini biasa disebut Kader Mujahid yaitu kader yang mampu mengorganisasi suatu kelompok.
5.      Pasca PKD
Follow up dari PKD ini bisa diwujudkan menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan berupa pelatihan-pelatihan yang terbagi dari basic keilmuan yang ada, semisal untuk kader PMII Rayon Ekonomi adanya pelatihan penelitian ekonomi, pelatihan kewirausahaan, Training of Trainer (TOT) dsb serta kegiatan aplikatif yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan pelatihan tersebut yang akarnya pengabdian terhadap masyarakat.
6.      PKL
Disini Kader sudah mulai dibangun dalam pengembangan keilmuan dan ketrampilan yang di arahkan kedalam pilihan gerak masa kini dan masa depan. Artinya kader pasca PKL diharapkan bisa menjadi aktor intelektual perubahan di lingkungan masing-masing.
7.      Pasca PKL
Titik tekan dari kegiatan pasca PKL hanya menjadikan kader sebagai aktor intelektual atau konseptor terkait dalam pengawalan proses perubahan sosial di tengah masyarakat, selain itu juga sebagai media distribusi kader pada tingkatan wilayah/ PKC (Pengurus Koordinator Cabang) PMII maupun nasional/ PB (Pengurus Besar) PMII.

lihat lagi
Share:

RTK Komisariat Lamaddukelleng

RTK PMII Lamaddukelleng
RTK II Komisariat Lamaddukelleng
Jumat 12/05/2017 malam -Rapat Tahunan Komisariat (RTK) II Lamaddukelleng Sengkang di Jalan Sawerigading BTN Pepabri Blog G. No. 1 dibawah pimpinan sidang Nadir Qamaruddin, Muhammad Sofyan, dan Andi Hidayatullah.

Berjalannya Rapat Tahunan Komisariat (RTK) II Lamaddukelleng Sengkang secara sistematis mulai dari susunan acara, pembahasan Tatib, dan sampai kepada tahap akhir yaitu pemilihan Ketua Komisariat yang baru.

Maka terpilihlah sahabat Ahmad Taufik menjadi ketua komisariat dengan semangat yang tinggi

Adapun draf RTK Komisariat Lamaddukelleng yaitu : Silahkan Klik Download Untuk mengetahuinya.
https://drive.google.com/file/d/1l6RKCirxxOlId72YNYnbIYuPDI70gv3Z/view?usp=sharing

Share:

Konfercab PMII Cabang Wajo Masa Khidmat 2016-2017

Konfercab PMII


Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam silaturahim teriring doa kami sampaikan semoga bapak/ ibu/ sahabat(i) dalam lindungannya serta eksis dalam menjalankan aktifitas kesehariannya.

Mahasiswa Islam Indonesia sebagai salah satu eksponen pembaharu bangsa dan pengemban misi intelektual berkewajiban dan bertangung jawab mengemban komitmen keislaman dan keindonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia dan membebaskan bangsa Indonesia dari  kemiskinan,  kebodohan  dan  keterbelakangan  baik  spritual maupun  material dalam segala bentuk.

Konferensi cabang (konfercab) adalah forum musyawarah tertinggi di tingkat PC yang diselenggarakan oleh panitia pelaksana Ersandi beserta jajarannya di AS’HAR HOTEL Jalan Puangrimaggalatung No. 38 Sengkang pada hari minggu tanggal 30 juli 2017 mendapatkan respon yang baik dari berbagai oknum yang ada. Pimpinan sidang konferensi cabang X yang dibawahi oleh Abdul Malik Ketua 1 Bidang Kaderisasi PKC Sul-Sel Selaku Ketua, Nadir Qamaruddin Alumni PMII Wajo selaku wakil ketua, dan Firmansyah Ketua Mabinkom Komisariat Puangrimaggalatung Sengkang selaku sekretaris.

Konferensi Cabang berjalan sesuai dengan patokan AD/ART PMII di Palu dan Muspimnas PMII di Ambon dengan para peserta terdiri dari PK PMII IAI As’adiyah Sengkang, PR PMII Tarbiah, PR PMII Ahwalu Syaksyiah, PR PMII Hukum Ekonomi Syariah, PR PMII Akidah Filsafat, PK PMII Puangrimaggalatung Sengkang, PR PMII STIA Puangrimaggalatung, PR PMII STKIP Puangrimaggalatung, PR PMII STIKES Puangrimaggalatung, PR PMII STIP Puangrimaggalatung, PK PMII Lamaddukelleng Sengkang, PR PMII STIH Lamaddukelleng, PR PMII STIE Lamaddukelleng, PK PMII Akper Pemkab, dan PK PMII Akbid Persada Wajo.

Dalam pelaksanaan Konferensi Cabang mulai dari waktu pagi menjelang siang sampai dengan malam, forum semakin memanas dan menjadi ricuh dengan kontradiksi yang ada,”inilah dinamika organisasi tutur kata Muhamad Zaenal selaku Ketua PR PMII STKIP Puangrimaggalatung namun semua itu dapat diatasi guna menyelesaikan kewajiban dari panitia pelaksana.

Akhirnya, atas izin dan Ridho Allah SWT, Konferensi cabang (konfercab) X Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Wajo telah terlaksana dan menghasilkan beberapa keputusan organisasi yang terdiri dari hasil sidang pleno dan sidang komisi, hasil sidang pleno yaitu menetapkan sahabat Hamzah M selaku Ketua Umum PC PMII Wajo masa khidmat 2017-2018 dan sahabat Maznah selaku Ketua Umum Kopri PC PMII Wajo masa khidmat 2017-2018 dan hasil sidang komisi menghasilkan hasil dari pembahasan bidang kaderisasi, bidang eksternal, Rekomendasi dan Kopri.

Adapun File Konfercab yang dijadikan sebagai patokan dalam pelaksanaan Konferensi Cabang PMII Cabang Wajo Adalah sebagai berikut. Ketika berminat Silahkan tekan Download
https://drive.google.com/file/d/1S5v2NCDRDaqnG0zKe6PVsVp-yRt1e_E6/view?usp=sharing
Share:

Recent Posts

3/recent/post-list

Popular Posts

Powered by Blogger.
10 Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text.

Tel: +01 19 9876-54321

Email: contact@mail.com

Search This Blog

Categories

Boneka Dambo

kode copas

kode iklan

Letakan Mantan Kamu / Kode Iklan Disini

Tags

Sports

share

Business

Life & style

Games

Comments

Fashion

AD BANNER

Technology

Cuaca Hari Ini

Author

Facebook

slider

PC PMII WAJO

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.